
jaringanmilenialnusantara.id – Ketua DPR RI Puan Maharani mendapat anugerah gelar Doktor Honoris Causa bidang Ilmu Politik dari Pukyong National University (PKNU), Korea Selatan. Ia pun mendedikasikan penghargaan tersebut untuk kepemimpinan perempuan Indonesia.
Pemberian gelar Doktor Honoris Causa kepada Puan digelar di College Theatre PKNU yang berada di Busan, Korsel, pada hari ini, Senin (7/11).
Puan menyatakan gelar yang ia terima dari PKNU merupakan sebuah kehormatan sekaligus tanggung jawab bagi dirinya. Ia pun memohon doa dan dukungan agar diberikan kemudahan untuk menjalankan tanggung jawab itu.

Anggota Komisi I DPR RI, Dapil Kalimantan Barat II Krisantus Kurniawan yang turut hadir di Korsel bersama rombongan DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan kepada awak media saat dihubungi menyatakan dirinya turut berbangga atas prestasi dan perjuangan Puan Maharani yang tak kenal lelah.
Menurut Krisantus, Puan Maharani adalah cerminan api perjuangan Kartini yang menginginkan perempuan Indonesia miliki kemapanan dalam pendidikan.
“Kami mendampingi Ibu Puan di Korea Selatan dalam penganugerahan Doktor Honoris Causa bidang Ilmu Politik dari Pukyong National University (PKNU). Ini merupakan suatu kebanggan, khusus bagi kader PDI Perjuangan. Di lain sisi, ini adalah sebuah gambaran perempuan berkemajuan masa kini denga misi yang luar biasa menuju Indonesia maju 2045.” Ujar Krisantus saat dihubungi, Senin malam (7/11/2022)
Krisantus menegaskan, bahwa Perempuan masa kini adalah perempuan yang miliki semangat berkemajuan. Tidak lagi terkungkung dalam pikiran sempit dengan bayang-bayang patriarkis.
“Ibu Puan adalah contoh konkrit bagaimana ia berdiri menentang garis patriarki. Melawan narasi-narasi sempit dengan tujuan mulia yaitu laki-laki dan perempuan Indonesia adalah sama. Sama-sama berjuang mencapai Indonesia maju, sama-sama keluar dari ketertinggalan menuju bangsa yang maju, banga yang kuat sebagaimana apa yang diharapkan oleh Bung Karno pada masa lampau.” Tegasnya.

Legislator asal Kalbar ini juga berharap agar perempuan Dayak memiliki cita-cita seperti Puan Maharani yang mau keluar dari zona nyaman untuk mengejar ilmu.
Hal ini menurut Krisantus penting, karena perpindahan Ibukota Negara ke Kalimantan Timur membuka peluang sekaligus petaka jika kualitas SDM tidak mapan karena tidak miliki jiwa yang tangguh dalam menguasai ilmu pengetahuan.
“Perempuan Dayak harus bisa seperti Ibu Puan. Saatnya keluar dari zona nayaman, harus bisa mengejar cita-cita dengan menggali pengetahuan sebanyak mungkin. Perpindahan Ibu Kota Negara harus dihadapi dengan bekal pengetahuan yang mapan, sehingga perempuan Dayak harus bisa mengubah yang tidak mungkin menjadi mungkin. Tentu ini harus diperjuangakan lewat pengetahuan yang mapan.” Ujar Kisantus.(*)

